Di Indonesia banyak sekali ras kambing yang dikembangkan. Dan
yang pertama kali dikembangkan yaitu kambing kacang yang merupakan ras
unggulan. Kambing yang memiliki daya adaptasi tinggi ini merupakan kambing
lokal Indonesia. Selain itu, kambing kacang juga daya reproduksinya sangat
tinggi. Sehingga sangat direkomendasikan untuk kamu yang ingin berternak
kambing. Kambing kacang merupakan tipe kambing pedaging, jantan maupun
betinanya.
1. Kambing Kacang
Kambing
Kacang adalah kambing yang pertama kali ada di Indonesia. Badannya kecil.
Tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter. Sedangkan
yang betina 56 sentimeter. Bobot pada yang jantan bisa mencapai 25 kilogram,
sedang yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berbulu lurus dan
pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek.
Jenis ini merupakan yang terbanyak dan disebut juga kambing lokal. Berkembangbiak cepat karena umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan, cocok penghasil daging karena sangat prolifik (sering lahir kembar) bahkan lahir tiga setiap induknya. Mudah dipelihara bahkan dilepas mencari pakan sendiri, kawin dan beranak tanpa bantuan pemiliknya.
Ciri-ciri utama:
- Bulu pendek dan satu warna (coklat,hitam,putih) atau kombinasi dari ketiga warna tersebut
- Jantan betina bertanduk, telinga pendek dan menggantung
- Bobot yang jantan dewasa rata-rata 25 kg, tinggi tubuh gumba 60-65 cm dan betina 20 kg, tinggi tubuh 56 cm.
- Peluang induk lahir kembar 52%, kembar tiga 2.6% dan tunggal 44.9%
- Dewasa kelamin jantan umr 135-173 hari, betina 153-454 hari. Rata-rata betina beranak umur 12-13 bulan
- Prosentase karkas 44-51%
Rata-rata betina beranak umur 12-13 bulan dengan bobot lahir 3.28 kg dan Bobot Sapih 10.12 kg
Jenis ini merupakan yang terbanyak dan disebut juga kambing lokal. Berkembangbiak cepat karena umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan, cocok penghasil daging karena sangat prolifik (sering lahir kembar) bahkan lahir tiga setiap induknya. Mudah dipelihara bahkan dilepas mencari pakan sendiri, kawin dan beranak tanpa bantuan pemiliknya.
Ciri-ciri utama:
- Bulu pendek dan satu warna (coklat,hitam,putih) atau kombinasi dari ketiga warna tersebut
- Jantan betina bertanduk, telinga pendek dan menggantung
- Bobot yang jantan dewasa rata-rata 25 kg, tinggi tubuh gumba 60-65 cm dan betina 20 kg, tinggi tubuh 56 cm.
- Peluang induk lahir kembar 52%, kembar tiga 2.6% dan tunggal 44.9%
- Dewasa kelamin jantan umr 135-173 hari, betina 153-454 hari. Rata-rata betina beranak umur 12-13 bulan
- Prosentase karkas 44-51%
Rata-rata betina beranak umur 12-13 bulan dengan bobot lahir 3.28 kg dan Bobot Sapih 10.12 kg
Kambing
Etawa disebut juga kambing Jamnapari karena kambing ini berasal dari wilayah
Jamnapari India. Tepatnya Kambing Jumna Pari atau Jamnapari mengambil nama
sungai Jamna (Jamna par) di Uttar Pradesh , India dimana kambing ini banyak
terdapat. Kambing Jamnapari juga banyak terdapat di Agra, Mathura dan daerah
Etawa di Uttar Pradesh , Bhind dan daerah Morena di Madhya Pradeshi.
Kambing etawa dikenal di Asia Tenggara sebagai kambing tipe dwiguna yaitu penghasil susu dan penghasil daging. Jamnapari di impor pertama kali ke Indonesia sejak 1953 dari daerah Etawa, India. Tetapi dipercayai menurut Balitnak kambing PE masuk di Indonesia sekitar 1931 pada masa penjajahan Belanda. Di Indonesia kambing Etawa disilangkan untuk perbaikan mutu kambing lokal, hasil persilangan disebut kambing PE (Peranakan Etawa).
Ciri-cirinya :
- postur tubuh besar,
- telinga panjang menggantung,
- bentuk muka cembung,
- hidung melengkung,
- bulu bagian paha sangat lebat,
- baik jantan maupun betina bertanduk,
- telinga panjang terkulai sampai 30 cm.
- kaki panjang dan berbulu panjang pada garis belakang kaki.
- warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih.
Produksi susu yang baik sebanyak 3 liter/ekor/hari atau produksi susu mencapai 235 kg/ms laktasi. hal ini didukung oleh kambing yang besar dan panjang. Tinggi badan jantan dewasa mencapai 90-127 cm, sedangkan yang betina dewasa 76-92 cm. Bobot badan jantan dewasa 68-91 Kg dan yang betina dewasa 36-63 Kg.
Sentra terbesar kambing PE adalah di Kaligesing Purworejo Jawa Tengah. Purworejo (Jateng), Girimulyo, Kulonprogo dan Turi, Sleman (Yogyakarta). Kambing PE juga telah berkembang di Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Bali dan Jawa Tengah.
Di Indonesia kambing PE disilangkan dengan kambing Saanen untuk menghasilkan persilangan penghasil susu yang bisa menghasilkan 1.5 - 3 liter susu sehari. PE juga disilangkan dengan jenis kambing lokal seperti Kambing Kacang dan Kambing Jawa dan di namakan Kaplo (Koploh), Kaprindo, Bligon, Jawa Rando (Jawa Randu / Jawarandu). Jenis kambing yang sesuai untuk jenis kambing pedaging . Ukuran tubuh lebih kecil dari PE dan mudah diternak.
Kambing etawa dikenal di Asia Tenggara sebagai kambing tipe dwiguna yaitu penghasil susu dan penghasil daging. Jamnapari di impor pertama kali ke Indonesia sejak 1953 dari daerah Etawa, India. Tetapi dipercayai menurut Balitnak kambing PE masuk di Indonesia sekitar 1931 pada masa penjajahan Belanda. Di Indonesia kambing Etawa disilangkan untuk perbaikan mutu kambing lokal, hasil persilangan disebut kambing PE (Peranakan Etawa).
Ciri-cirinya :
- postur tubuh besar,
- telinga panjang menggantung,
- bentuk muka cembung,
- hidung melengkung,
- bulu bagian paha sangat lebat,
- baik jantan maupun betina bertanduk,
- telinga panjang terkulai sampai 30 cm.
- kaki panjang dan berbulu panjang pada garis belakang kaki.
- warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih.
Produksi susu yang baik sebanyak 3 liter/ekor/hari atau produksi susu mencapai 235 kg/ms laktasi. hal ini didukung oleh kambing yang besar dan panjang. Tinggi badan jantan dewasa mencapai 90-127 cm, sedangkan yang betina dewasa 76-92 cm. Bobot badan jantan dewasa 68-91 Kg dan yang betina dewasa 36-63 Kg.
Sentra terbesar kambing PE adalah di Kaligesing Purworejo Jawa Tengah. Purworejo (Jateng), Girimulyo, Kulonprogo dan Turi, Sleman (Yogyakarta). Kambing PE juga telah berkembang di Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Bali dan Jawa Tengah.
Di Indonesia kambing PE disilangkan dengan kambing Saanen untuk menghasilkan persilangan penghasil susu yang bisa menghasilkan 1.5 - 3 liter susu sehari. PE juga disilangkan dengan jenis kambing lokal seperti Kambing Kacang dan Kambing Jawa dan di namakan Kaplo (Koploh), Kaprindo, Bligon, Jawa Rando (Jawa Randu / Jawarandu). Jenis kambing yang sesuai untuk jenis kambing pedaging . Ukuran tubuh lebih kecil dari PE dan mudah diternak.
3. Kambing Boer
Asal kambing Boer yaitu dari Afrika
Selatan. Selah ter-registrasi lebih dari 65 tahun. “Boer” memiliki arti petani.
Dengan pertumbuhannya sangat cepat, kambing Boer merupakan kambing pedaging
sesungguhnya.
Berat
35–45 kg dapat dicapai kambing boer pada usia lima hingga enam bulan. Rata-rata
pertambahan berat badan sekitar 0,02 – 0,04 kg per hari. Semua ini tergantung
pada jumlah susu dari induk dan pakan sehari-harinya. Pada umur 2-3 tahun,
kambing Boer jantan memiliki berat badan 120 – 150 kg, sedangkan Betina dewasa
akan mempunyai berat 80 – 90 kg pada umur yang sama. Boer betina maupun jantan
keduanya bertanduk.
Persentase daging pada karkas kambing Boer mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya. Jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kambing perah lokal.
Persentase daging pada karkas kambing Boer mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya. Jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kambing perah lokal.
Kambing
Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang panjang, lebar, berbulu
putih, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua,
berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkaki pendek. Beberapa
kambing Boer di wajahnya memiliki garis putih ke bawah. Kulitnya berwarna
coklat dan dapat melindungi dirinya dari kanker kulit akibat ultraviolet dari
sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.
Kambing
Boer dapat bertahan hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim. Dari suhu yang
sangat dingin (-25 derajat celcius) hingga suhu yang sangat panas (43 derajat
celcius). Kambing boer sangat mudah beradaptasi dengan perubahan suhu
lingkungan. Mereka dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang
berbatu atau di padang rumput dan tahan terhadap penyakit. Secara alamiah
kambing boer adalah hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai
daun-daunan, tanaman semak daripada rumput.
4. Kambing Jawarandu (Bligon, Gumbolo, Kacukan, Koplo)
Nama lain Kambing Jawarandu yaitu Bligon, Gumbolo, Kacukan, dan
Koplo. Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing peranakan etawa
dengan kambing kacang. Yang lebih dominan di kambing jawarandu yaitu sifat fisik
kambing kacang. Kambing jawarandu dikembangkan untuk menghasilkan susu. Susu
yang dihasilkan oleh kambing jawarandu sebanyak 1,5 liter per hari atau lebih
sedikit dari kambing etawa.
Ciri-ciri kambing Jawarandu:
·
Tubuhnya lebih kecil dari kambing etawa, Dan bobot kambing
jantan dewasa dapat lebih dari 40 kg, sedangkan bobot betina tidak lebih dari
40 kg.
·
Jantan dan betina bertanduk.
·
Telinganya terbuka lebar, panjang dan terkulai.
·
Baik jantan maupun betina merupakan tipe pedaging dan penghasil
susu.
Tujuan utama dikembangkannya kambing ini yaitu untuk lebih mampu
beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Kambing peranakan etawa merupakan hasil
dari persilangan antara kambing etawa dan kambing kacang. Dikenal dengan nama
kambing PE (Peranakan Etawa), dan dianggap sebagai kambing Lokal.
Ukuran tubuh kambing PE hampir sama dengan kambing Etawa namun
lebih adaptif terhadap lingkungan di Indonesia. Tidak seperti kambing
jawarandu, kamnbing PE memiliki tubuh dengan tanda berada diantara kambing
Etawa dan kambing Kacang. Jadi sebagian lebih ke arah kambing Etawa, dan
sebagian yang lain lebih ke arah kambing Kacang.
Awalnya kambing PE hanya tersebar di sepanjang pesisir utara
Pulau Jawa. Namun saat ini sudah tersebar hampir di seluruh Indonesia. Sifat
yang berbeda dengan kambing Etawa yaitu libido yang dimiliki kambing jantan
sangat tinggi.
Ciri-ciri kambing Peranakan Etawa:
·
Warna bulu belang hitam, coklat, putih, dan merah.
·
Sebagaimana Etawa, kambing ini memiliki tubuh besar. Pejantan
bobotnya bisa mencapai 90an kg, sedangkan betina hanya 60an kg.
·
Telinganya terkulai ke bawah, bergelambir cukup besar dan
panjang.
·
Dahi dan hidungnya cembung.
·
Pejantan dan betina bertanduk kecil/pendek.
·
Memiliki bulu panjang pada dagu, daerah belakang paha, dan ekor.
·
Kambing Peranakan Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga
liter per hari sebagaimana kambing etawa.
Kambing Saanen berasal dari lembah Saanen, Swiss bagian barat.
Kambing ini merupakan salah satu jenis kambing penghasil susu kambing yang
terkenal dan terbesar di Swiss. karena kepekaannya terhadap matahari, sehingga
Sulit berkembang di wilayah tropis. Di Indonesia kambing Saanen disilangkan
dengan kambing peranakan etawa yang lebih resisten terhadap cuaca tropis dan
tetap diberi nama kambing Saanen.
Ciri-ciri kambing Saanen:
·
Memiliki bulu pendek berwarna putih dengan titik hitam di
hidung, kelenjar susu, dan telinga.
·
Muka berbentuk segitiga dengan hidung yang lurus.
·
Telinganya sederhana dan tegak.
·
Ekor pendek dan tipis.
·
Bertanduk, Jantan maupun betinanya.
·
Berat kambing Saanen jantan dewasa 68-91 kg dan 36-63kg untuk
kambing betina. Tinggi ideal kambing ini 81 cm dengan berat 61 kg, saat
tingginya 94 cm beratnya 81 kg.
·
Produksi susu 740 kg/ms laktasi.
Kambing Gembrong terdapat Bali
tepatnya di daerah kawasan Timur, terutama di Kabupaten Karangasem. Hewan
ini mirip anjing
yang berbulu panjang dan
lebat. Badannya memang mirip kambing, namun bila melihat bulunya mirip anjing
karena sangat lebat. Seluruh badan dipenuhi dengan bulu. Itulah kambing asal
Bali yang hampir punah. Kambing gembrong merupakan hasil persilangan
antara kambing Kashmir dengan kambing Turki.
Ciri
khas kambing Gembrong jantan yaitu bulunya panjang, lebat, dan mengkilap.
Tumbuh dari kepala hingga ke ekor. Panjang bulunya bisa mencapai 25—30 cm.
Minimal setiap 12—16 bulan bulunya dicukur sekali. Karena jika tidak dicukur,
bulu bagian kepala akan menutupi mata dan telinga. Sehingga mempersulit kambing
saat makan.
Sedangkan
kambing betina, bentuk dan ukuran tubuhnya mirip kambing kacang. Tetapi di
bagian bawah perut melebar. Yang betina juga bertanduk, namun lebih pendek dan
berbentuk oval. Kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm.
Pada
umumnya Warna tubuh dominan kambing Gembrong yaitu putih, sebagian berwarna
coklat dan coklat muda. Kebanyakan pola warna tubuhnya satu warna, sebagian
lagi dua sampai tiga warna. Tinggi kambing dewasa 58-65 cm, bobot tubuh
mencapai 32-45 kg. Kambing jantan berjumbai pada dahi, yang dapat menutup mata
dan muka kambing.
Ada
pula peternak yang mencoba menyilangkan kambing Gembrong dengan kambing
Peranakan Etawa (PE). Dari persilangan itu dihasilkan kambing gettah alias
gembrong ettawah.
8. Kambing Samosir (Kambing Putih,
Kambing Batak)
Berdasarkan sejarahnya kambing
Samosir ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau Samosir,
di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Tubuh
kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26 – 32 kg; panjang badan 57 –
63 cm; tinggi pundak 50 – 56 cm; tinggi pinggul 53 – 59 cm; dalam dada 28 – 33
cm dan lebar dada 17 – 20 cm.
Berdasarkan
ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing spesifik lokal Samosir ini hampir sama
dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara. Pemberian nama kambing
Samosir pada saat ini masih secara lokal dan dikenal dengan nama Kambing Putih
atau Kambing Batak.
9. Kambing Kosta
Lokasi penyebaran kambing Kosta ada
di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini mempunyai bentuk tubuh
sedang, hidung rata dan kadang-kadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu
pendek. Kambing ini dulunya terbentuk dari persilangan kambing Kacang dan
kambing Khasmir (kambing impor).
Salah
satu ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada
bagian kiri dan kanan muka. Selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki
oleh Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos
pada Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada
Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta
berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk dijadikan
tipe pedaging. Saat ini populasi Kambing Kosta terus menyusut.
10. Kambing Boerawa
Kambing Boerawa merupakan kambing
hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah
(PE) betina. Kambing boerawa mulai berkembang dan banyak jumlahnya di
Propinsi Lampung.
11. Kambing Muara
Kambing Muara dijumpai di daerah
Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara. Dari
segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna
bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna
bulu hitam.
12. Kambing Marica
Kambing Marica adalah suatu variasi
lokal dari Kambing Kacang yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, dan
merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO
sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement).
Daerah
populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten
Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan.
Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah
agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah.
Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan
rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang paling khas pada
kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga
kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar