Selasa, 12 April 2016

Macam-Macam Kambing di Indonesia

Di Indonesia banyak sekali ras kambing yang dikembangkan. Dan yang pertama kali dikembangkan yaitu kambing kacang yang merupakan ras unggulan. Kambing yang memiliki daya adaptasi tinggi ini merupakan kambing lokal Indonesia. Selain itu, kambing kacang juga daya reproduksinya sangat tinggi. Sehingga sangat direkomendasikan untuk kamu yang ingin berternak kambing. Kambing kacang merupakan tipe kambing pedaging, jantan maupun betinanya.

1. Kambing Kacang


Kambing Kacang adalah kambing yang pertama kali ada di Indonesia. Badannya kecil. Tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter. Sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada yang jantan bisa mencapai 25 kilogram, sedang yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek.

Jenis ini merupakan yang terbanyak dan disebut juga kambing lokal. Berkembangbiak cepat karena umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan, cocok penghasil daging karena sangat prolifik (sering lahir kembar) bahkan lahir tiga setiap induknya. Mudah dipelihara bahkan dilepas mencari pakan sendiri, kawin dan beranak tanpa bantuan pemiliknya.

Ciri-ciri utama:


- Bulu pendek dan satu warna (coklat,hitam,putih) atau kombinasi dari ketiga warna tersebut
- Jantan betina bertanduk, telinga pendek dan menggantung

- Bobot yang jantan dewasa rata-rata 25 kg, tinggi tubuh gumba 60-65 cm dan betina 20 kg, tinggi tubuh 56 cm.
- Peluang induk lahir kembar 52%, kembar tiga 2.6% dan tunggal 44.9%
- Dewasa kelamin jantan umr 135-173 hari, betina 153-454 hari. Rata-rata betina beranak umur 12-13 bulan
- Prosentase karkas 44-51%


Rata-rata betina beranak umur 12-13 bulan dengan bobot lahir 3.28 kg dan Bobot Sapih 10.12 kg
2. Kambing Etawa (Kambing Jamnapari)

Kambing Etawa disebut juga kambing Jamnapari karena kambing ini berasal dari wilayah Jamnapari India. Tepatnya Kambing Jumna Pari atau Jamnapari mengambil nama sungai Jamna (Jamna par) di Uttar Pradesh , India dimana kambing ini banyak terdapat. Kambing Jamnapari juga banyak terdapat di Agra, Mathura dan daerah Etawa di Uttar Pradesh , Bhind dan daerah Morena di Madhya Pradeshi.

Kambing etawa dikenal di Asia Tenggara sebagai kambing tipe dwiguna yaitu penghasil susu dan penghasil daging. Jamnapari di impor pertama kali ke Indonesia sejak 1953 dari daerah Etawa, India. Tetapi dipercayai menurut Balitnak kambing PE masuk di Indonesia sekitar 1931 pada masa penjajahan Belanda. Di Indonesia kambing Etawa disilangkan untuk perbaikan mutu kambing lokal, hasil persilangan disebut kambing PE (Peranakan Etawa).

Ciri-cirinya :


- postur tubuh besar, 
- telinga panjang menggantung, 
- bentuk muka cembung, 
- hidung melengkung, 
- bulu bagian paha sangat lebat,
- baik jantan maupun betina bertanduk, 
- telinga panjang terkulai sampai 30 cm. 
- kaki panjang dan berbulu panjang pada garis belakang kaki. 
- warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih.

Produksi susu yang baik sebanyak 3 liter/ekor/hari atau produksi susu mencapai 235 kg/ms laktasi. hal ini didukung oleh kambing yang besar dan panjang. Tinggi badan jantan dewasa mencapai 90-127 cm, sedangkan yang betina dewasa 76-92 cm. Bobot badan jantan dewasa 68-91 Kg dan yang betina dewasa 36-63 Kg.

Sentra terbesar kambing PE adalah di Kaligesing Purworejo Jawa Tengah. Purworejo (Jateng), Girimulyo, Kulonprogo dan Turi, Sleman (Yogyakarta). Kambing PE juga telah berkembang di Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Bali dan Jawa Tengah.

Di Indonesia kambing PE disilangkan dengan kambing Saanen untuk menghasilkan persilangan penghasil susu yang bisa menghasilkan 1.5 - 3 liter susu sehari. PE juga disilangkan dengan jenis kambing lokal seperti Kambing Kacang dan Kambing Jawa dan di namakan Kaplo (Koploh), Kaprindo, Bligon, Jawa Rando (Jawa Randu / Jawarandu). Jenis kambing yang sesuai untuk jenis kambing pedaging . Ukuran tubuh lebih kecil dari PE dan mudah diternak.

3. Kambing Boer


Asal kambing Boer yaitu dari Afrika Selatan. Selah ter-registrasi lebih dari 65 tahun. “Boer” memiliki arti petani. Dengan pertumbuhannya sangat cepat, kambing Boer merupakan kambing pedaging sesungguhnya.
Berat 35–45 kg dapat dicapai kambing boer pada usia lima hingga enam bulan. Rata-rata pertambahan berat badan sekitar 0,02 – 0,04 kg per hari. Semua ini tergantung pada jumlah susu dari induk dan pakan sehari-harinya. Pada umur 2-3 tahun, kambing Boer jantan memiliki berat badan 120 – 150 kg, sedangkan Betina dewasa akan mempunyai berat 80 – 90 kg pada umur yang sama. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk.
Persentase daging pada karkas kambing Boer mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya. Jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kambing perah lokal.
Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang panjang, lebar, berbulu putih, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkaki pendek. Beberapa kambing Boer di wajahnya memiliki garis putih ke bawah. Kulitnya berwarna coklat dan dapat melindungi dirinya dari kanker kulit akibat ultraviolet dari sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.
Kambing Boer dapat bertahan hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim. Dari suhu yang sangat dingin (-25 derajat celcius) hingga suhu yang sangat panas (43 derajat celcius). Kambing boer sangat mudah beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan. Mereka dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput dan tahan terhadap penyakit. Secara alamiah kambing boer adalah hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada rumput.

4. Kambing Jawarandu (Bligon, Gumbolo, Kacukan, Koplo)


Nama lain Kambing Jawarandu yaitu Bligon, Gumbolo, Kacukan, dan Koplo. Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing peranakan etawa dengan kambing kacang. Yang lebih dominan di kambing jawarandu yaitu sifat fisik kambing kacang. Kambing jawarandu dikembangkan untuk menghasilkan susu. Susu yang dihasilkan oleh kambing jawarandu sebanyak 1,5 liter per hari atau lebih sedikit dari kambing etawa.
Ciri-ciri kambing Jawarandu:
·         Tubuhnya lebih kecil dari kambing etawa, Dan bobot kambing jantan dewasa dapat lebih dari 40 kg, sedangkan bobot betina tidak lebih dari 40 kg.
·         Jantan dan betina bertanduk.
·         Telinganya terbuka lebar, panjang dan terkulai.
·         Baik jantan maupun betina merupakan tipe pedaging dan penghasil susu.
5. Kambing Peranakan Etawa

Tujuan utama dikembangkannya kambing ini yaitu untuk lebih mampu beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Kambing peranakan etawa merupakan hasil dari persilangan antara kambing etawa dan kambing kacang. Dikenal dengan nama kambing PE (Peranakan Etawa), dan dianggap sebagai kambing Lokal.
Ukuran tubuh kambing PE hampir sama dengan kambing Etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan di Indonesia. Tidak seperti kambing jawarandu, kamnbing PE memiliki tubuh dengan tanda berada diantara kambing Etawa dan kambing Kacang. Jadi sebagian lebih ke arah kambing Etawa, dan sebagian yang lain lebih ke arah kambing Kacang.
Awalnya kambing PE hanya tersebar di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa. Namun saat ini sudah tersebar hampir di seluruh Indonesia. Sifat yang berbeda dengan kambing Etawa yaitu libido yang dimiliki kambing jantan sangat tinggi.
Ciri-ciri kambing Peranakan Etawa:
·         Warna bulu belang hitam, coklat, putih, dan merah.
·         Sebagaimana Etawa, kambing ini memiliki tubuh besar. Pejantan bobotnya bisa mencapai 90an kg, sedangkan betina hanya 60an kg.
·         Telinganya terkulai ke bawah, bergelambir cukup besar dan panjang.
·         Dahi dan hidungnya cembung.
·         Pejantan dan betina bertanduk kecil/pendek.
·         Memiliki bulu panjang pada dagu, daerah belakang paha, dan ekor.
·         Kambing Peranakan Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari sebagaimana kambing etawa.
6. Kambing Saanen

Kambing Saanen berasal dari lembah Saanen, Swiss bagian barat. Kambing ini merupakan salah satu jenis kambing penghasil susu kambing yang terkenal dan terbesar di Swiss. karena kepekaannya terhadap matahari, sehingga Sulit berkembang di wilayah tropis. Di Indonesia kambing Saanen disilangkan dengan kambing peranakan etawa yang lebih resisten terhadap cuaca tropis dan tetap diberi nama kambing Saanen.
Ciri-ciri kambing Saanen:
·         Memiliki bulu pendek berwarna putih dengan titik hitam di hidung, kelenjar susu, dan telinga.
·         Muka berbentuk segitiga dengan hidung yang lurus.
·         Telinganya sederhana dan tegak.
·         Ekor pendek dan tipis.
·         Bertanduk, Jantan maupun betinanya.
·         Berat kambing Saanen jantan dewasa 68-91 kg dan 36-63kg untuk kambing betina. Tinggi ideal kambing ini 81 cm dengan berat 61 kg, saat tingginya 94 cm beratnya 81 kg.
·         Produksi susu 740 kg/ms laktasi.
7. Kambing Gembrong

Kambing Gembrong terdapat Bali tepatnya di daerah kawasan Timur, terutama di Kabupaten Karangasem. Hewan ini mirip anjing yang berbulu panjang dan lebat. Badannya memang mirip kambing, namun bila melihat bulunya mirip anjing karena sangat lebat. Seluruh badan dipenuhi dengan bulu. Itulah kambing asal Bali yang hampir punah. Kambing gembrong merupakan hasil persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki.
Ciri khas kambing Gembrong jantan yaitu bulunya panjang, lebat, dan mengkilap. Tumbuh dari kepala hingga ke ekor. Panjang bulunya bisa mencapai 25—30 cm. Minimal setiap 12—16 bulan bulunya dicukur sekali. Karena jika tidak dicukur, bulu bagian kepala akan menutupi mata dan telinga. Sehingga mempersulit kambing saat makan.
Sedangkan kambing betina, bentuk dan ukuran tubuhnya mirip kambing kacang. Tetapi di bagian bawah perut melebar. Yang betina juga bertanduk, namun lebih pendek dan berbentuk oval. Kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm.
Pada umumnya Warna tubuh dominan kambing Gembrong yaitu putih, sebagian berwarna coklat dan coklat muda. Kebanyakan pola warna tubuhnya satu warna, sebagian lagi dua sampai tiga warna. Tinggi kambing dewasa 58-65 cm, bobot tubuh mencapai 32-45 kg. Kambing jantan berjumbai pada dahi, yang dapat menutup mata dan muka kambing.
Ada pula peternak yang mencoba menyilangkan kambing Gembrong dengan kambing Peranakan Etawa (PE). Dari persilangan itu dihasilkan kambing gettah alias gembrong ettawah.

8. Kambing Samosir (Kambing Putih, Kambing Batak)


Berdasarkan sejarahnya kambing Samosir ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26 – 32 kg; panjang badan 57 – 63 cm; tinggi pundak 50 – 56 cm; tinggi pinggul 53 – 59 cm; dalam dada 28 – 33 cm dan lebar dada 17 – 20 cm.
Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing spesifik lokal Samosir ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara. Pemberian nama kambing Samosir pada saat ini masih secara lokal dan dikenal dengan nama Kambing Putih atau Kambing Batak.

9. Kambing Kosta


Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-kadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini dulunya terbentuk dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor).
Salah satu ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada bagian kiri dan kanan muka. Selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk dijadikan tipe pedaging. Saat ini populasi Kambing Kosta terus menyusut.

10. Kambing Boerawa


Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah (PE) betina. Kambing boerawa mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi Lampung.

11. Kambing Muara


Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam.

12. Kambing Marica


Kambing Marica adalah suatu variasi lokal dari Kambing Kacang yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, dan merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement).

Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar